Enggak ke mana-mana

Februari 25, 2025

Masih suka nggambar lucu-lucu selain nggambar hantu wkwk



Tiba-tiba keinget, bertahun ke belakang masih banyak nulis di blog ini. Nulis apa aja, curhatan, ulasan buku, pengalaman waktu masih liputan, dll. Kayaknya perlu nulis lagi. Perlu, sebagai tanda ada progres apa sejauh ini. Delapan tahun lalu, banyak nulis soal upaya diri sendiri beradaptasi jadi wartawan di lapangan. Dari pribadi yang seperti apa jadi kayak gimana. Saya pikir, kali ini perlu juga untuk dibikin jejaknya di sini, selagi mau, selagi ada sempat.


Ada beberapa hal yang saya rasa, saya kembali ke setelan awal: menghindari kegiatan bersosial. Dalam hal itu, mungkin lebih cenderung ke menarik diri dari sirkel sosial mana saja. Sembunyi aja gitu, agak malas hingga malas sekali untuk berada di lingkaran sosial yang terlalu ramai, terlalu banyak orang. Terlalu melelahkan rasanya. Dalam beberapa forum juga, saya cenderung diam dan menjadi pengamat, as I always did thousand years ago. Apakah ini fase? Fase lelah untuk berinteraksi dengan banyak orang? Saya pikir begitu.



Saya juga jadi tidak tertarik dengan kegiatan yang bersifat komunitas. Padahal dua tahun lalu, saya masih menikmati menjadi social butterfly. Nemplok sirkel sana-sini, nggak malas kenalan sama orang baru, terkoneksi dengan hal dan lingkungan baru. Semangatnya seperti meredup seketika. Cenderung menghabiskan waktu dengan tidur, atau ke mana saja tapi sendirian. Mendengarkan podcast, nonton film, baca buku, baca artikel-artikel, melakukan hobi, sampai makan juga saya milih sendirian.



Juga, saya jadi mudah membenci banyak hal, nyinyir dalam hati tentang banyak hal. Mungkin itu akibat dari saya kebanyakan sendirian. Tidak bertukar pikiran tentang banyak hal dengan orang lain. Pikiran saya mungkin jadi sempit. Saya jadi lebih mudah underestimate hal lain yang saya enggak tahu. Enggak beres nih, saya pikir. Karena, saya rasa, dulu ketika saya agak banyak bertukar pikiran dan bersosial dengan banyak orang, saya menjadi pribadi yang lebih fleksibel, lebih terbuka dengan hal-hal baru.



Terus, pertanyaannya, kenapa saya kembali jadi penyendiri? Saya pikir itu karena faktor usia. Ini alasan yang diada-adain ya kayaknya wkwk. Katanya, usia segini lingkar pertemanan cenderung menyempit. Seperti “kehilangan” banyak teman karena sudah tidak sefrekuensi atau prioritas yang berbeda. Mungkin iya, tapi saya pikir faktor itu berpengaruh hanya sekian persen aja. Selebihnya: malas. Bisa kok reach out teman-teman lama lagi, bisa kok join kegiatan komunitas lagi. Usia nggak bisa dijadikan excuse. Kalo mau ya bisa aja mau ngapain aja pilihannya. Hanya memang porsinya tidak menjamin akan se-intens dulu ketika masih usia dewasa mula. Everything has consequences.


Saya meng-iya-kan saya sedang lelah untuk berinteraksi dengan banyak orang. Sekaligus juga, saya meng-iya-kan jika saya malas juga untuk build up interaksi sosial, to take the first step. Ada banyak hal lain yang dulu biasa saya lakukan kemudian tidak, atau sama sekali tidak saya lakukan lagi dengan berbagai alasan yang tentu saya buat sendiri wkwk. Kok sekarang enggak gitu lagi ya? Dulu kan bisa begini kok sekarang enggak? Yaa gitulaaah wkwk.



Jadinya ya kembali ke poin awal di atas, menulis (di blog) dulu jadi hal yang menyenangkan dan build up mood saya. Kemudian jadi jarang nulis. Lalu kembali mencoba nulis lagi. Muter aja gitu terus wkwk. Ternyata, beberapa hal yang belakangan tidak/jarang saya lakukan lagi itu adalah kebutuhan saya. Perlu, lhoo. Itulah, saya mencoba menulis lagi, mengurai yang ada di dalam pikiran, supaya runut terpetakan dan tidak ruwet berantakan.


Jadi keinget juga, dulu zaman sekolah juga hobinya nulis di buku harian. Nulis awur-awuran apa aja yang ada di dalam kepala. Cara “buang sampahnya” memang kayak gitu dari zaman piyik. Perlu terus diingat dan dipegang bahwa, saya masih perlu nulis buat buang remah-remah pikiran. Seenggaknya menulis jadi satu dari sekian cara saya refresh otak. Bisa jadi opsi ketika memang belum bisa sekadar jalan-jalan pagi/sore, bengong di pantai, atau motoran sambil nyanyi-nyanyi melepas penat.



Begitulah, kengkawan. Saya enggak ke mana-mana. Tetap di sini-sini aja. Cuma memang sedang sembunyi aja. Sembunyi karena sedang “hilang” dan butuh kembali ke diri sendiri lagi.

You Might Also Like

0 komentar

Subscribe