Cita-cita? Prestasi?
April 22, 2012
Ini kegalauan yang saya rasakan ketika memasuki kepala dua. Sebelum masuk ke bab yang bikin galau, ada sedikit pengantar. Saat ini saya semester 4 *hanjuk?*. Masih belum bangkotan kok. Hanya hampir..hehe.
Semester 4 ini bisa dikatakan semester penuh lika-liku. Sudah terasa kalau saya mahasiswi bukan lagi (maha)siswi. Tanda kurung yang membelenggu kata 'maha' sudah dibuka, bergabung dengan 'siswi'. Mulai terasa bahwa kami ini sedang menyongsong hidup yang sesungguhnya. Pheeww~
Sudah sewajarnya tugas yang terus menghujani saya dan kawan-kawan. Belum, saya selaku mahasiswi kejawen ---agak perdukunan--besok dalam menggarap skripsi harus menggunakan bahasa Jawa krama. Di semester 4 ini, kami sudah dituntut untuk nyicil menulis draft proposal skripsi. Oh men! Jujur saya bangga dan antusias tapi juga sedikit ngueeng ngueeng memikirkannya :|
Oke, itu pengantar kegahlauan saya. Ada yang lebih membingungkan dari itu. Apa? | nanti dingin looooh.. | Ehe, bercanda..
Beberapa kesempatan yang lalu saya mengobrol online dengan seorang senior. Bukan obrolan yang 'kopongan' tanpa isi lho ya. Saya tanya-tanya soal bagaimana kerja praktek, menggarap skripsi dan uborampenya :P
Ada bagian yang seketika membuat saya menangis bombaii. Serius. Saya kasih screen capture-nya deh:
Semenjak itu saya jadi terus berpikir, mau jadi apa saya nanti? Meskipun saya menempuh pendidikan tinggi dengan fokus menjadi pendidik/guru, saya ndak yakin saya ada passion di situ. Masih abu-abu, belum ada kejelasan. Banyak yang bilang kalau sudah terlanjur kena air, berenang saja sekalian biar basah semua. Sayangnya saya belum bisa seperti itu. Justru saya menemukan sanggahan kalimat tadi, sekalian berenang? ya kalau airnya bersih? kalau kotor ya mending mentas dan mandi biar ndak gatal.
Kalimat yang saya bold itu masih terus melayang-layang di otak saya sampai saya menuliskan sampah ini. Tadi, sebelum saya memutuskan untuk menulis di sini, saya menemukan notes di fb saya. Saya sendiri yang tulis, 2 tahun yang lalu, ketika saya awal kelas XII SMA kalau tidak salah. Sempat saya capture lagi,
"kelas sebelas..baru saja..aku bermimpi menjadi wartawan profesional yang keliling dunia, meliput peristiwa internasional dan mendapat penghargaan dari presiden dan masyarakat internasional....
kelas dua belas...aku bermimpi untuk menjadi penulis...
penulis mimpi yang dapat menggoreskan mimpi mimpiku ke dunia nyata...agar aku tetap hidup..menjadi arsitek, wartawan, penulis, ataupun keliling dunia...."
Sedikit potongan note saya. Ada juga komentar, komentar saya sendiri menanggapi komentar teman saya ketika itu..
"iyaa..haha..wah, berarti saya mengikuti jejak beliau...
gek gek aku njuk nyambi dadi guru english barang? hmm..ojo..guru boso jowo wae...wkwkwk..neng 4B!
Itu! Bunyi komentar saya. Apapun namanya, sekarang saya menuju proses menjadi guru bahasa Jawa! Men, tulisan saya diamini malaikat dan diijabah Allah SWT! Entah harus bersyukur atau menyesal. Baiknya yang mana? :| :))
Ini sedikit jawaban kegahlauan saya, ada tiga pilihan: wartawan, penulis, guru boso jowo.
Masih disusul sedikit kegahlauan. Penyebabnya sama, obrolan online dengan senior tadi..
"biasanya sukses itu bikin kecanduan lho dek
jd misal suka gambar n menang2 gt biasanya njuk sering menang jg terus2an
cuma biasanya ya kitanya aja yg njuk agak mbleret
haha iya e, begitu smp trus jarang ikut lomba2 lg
nah bener to
padahal kan bakatmu ok bgt dek
Dari obrolan itu, saya tergugah kembali untuk menorehkan prestasi. Rasanya lama sekali tidak ikut kompetisi. Saya terlalu malas untuk ikut kompetisi apapun, awalnya. Merasa tersentil, saya merasa harus berprestasi lagi. Apapun itu. Ditambah, saya ingin membanggakan kedua orang tua. Terdengar klise memang, tapi anak mana sih yang ndak pengen ortunya bangga punya anak yang berprestasi.
Itulah temans..selamat bagi yang sudah punya cita-cita, yang sedang dalam perjalanan meraih cita-cita, yang sudah menggenggam cita-cita, yang sudah berprestasi, yang sudah membanggakan orangtua..selamat! Cheeerrss! Tularkan semangat kalian padaku!! :D
0 komentar