'Blusukan' Pernikahan Putri Raja [Part III]
Januari 23, 2014
Hari itu adalah hari Jumat, 11 Oktober 2013. Saya dan kawan-kawan tim website butiran debu berjanji berjumpa untuk fitting kostum. Kami ndak mau kalah cantik dan tampan dengan pengantinnya. Kami satu tim juga harus tampil kece saat rangkaian upacara berlangsung *kibas rambut*. Kurang lebih pukul 10 pagi kami berkumpul di sebuah tempat
yang judulnya ‘Kusdi’. Di tempat itulah kami akan menentukan baju yang akan kami pakai saat acara pernikahan *udah berasa jadi pengantin yang mau nikah :’)*.
yang judulnya ‘Kusdi’. Di tempat itulah kami akan menentukan baju yang akan kami pakai saat acara pernikahan *udah berasa jadi pengantin yang mau nikah :’)*.
Sampai di Kusdi, di sana sudah ada Mbak Lynda, Mas Saga, dan satu lagi lelaki berpostur tinggi besar. Wuih, tempatnya kece. Kanan-kiri lemari kaca macam etalase besar memajang aneka warna dan jenis kebaya, beskap, dan surjan. Ada juga etalase tempat memajang asesoris seperti cundhuk mentul, anting, gelang, dan segala macam asesoris yang biasa dipakai pengantin Jawa lainnya. Terletak Di tengah ruangan ada satu meja kayu ukir besar dikelilingi kursi-kursi kayu yang juga berukir serasi dengan meja.
Mas Saga duduk di salah satu kursi tersebut sambil melihat-lihat baju pranakandengan berbagai macam ukuran yang ada di atas meja. Si lelaki berpostur tinggi besar itu mencoba salah satu baju pranakandan tampaknya kekecilan untuk ukuran badannya. Siapakah dia? Nanti akan terungkap di lain segmen :p. Enggak nding, saya pun akhirnya kenalan sama lelaki itu, namanya Rankin. Dia yang akan membantu kami dalam hal upload tulisan dan foto di website nanti.
Tidak lama Mbak Sarah datang, kemudian ada Desti datang, terakhir ada Farid. Praend tidak hadir untuk fitting karena ada urusan lain. Para lelaki dibantu ibu petugas Kusdi menjajal baju pranakan dan memakai kain bebed atau biasa disebut jarik atau kain batik. Si ibu petugas dengan cekatan memakaikan jarik. Saya jadi ingat mata kuliah busana Jawa di kampus beberapa semester lalu gara-gara melihat si ibu memakaikan jarik tadi. Mungkin mata kuliah itu aka nada gunanya untuk waktu ini dan beberapa waktu kedepan saat Kraton Wedding ini berlangsung. Hahaha.
Kami, para wanita mengalami kegalauan memilih warna kebaya. Kata Mbak Sarah warna kebayanya tidak boleh seperti punya pengantin dan tidak boleh warna putih. Model kebayanya juga tidak boleh aneh-aneh macam kebaya yang dipakai sindennya OVJ. Akhirnya dipilihlah kebaya kartini warna kuning! Whoohoo~ kurang ngejreng apa coba? (*v*). Saya lebih galau lagi, kebaya kuning itu size paling besar hanya L, tanpa menyisakan XL. Oh God. Saya mulai khawatir. Sempat saya nanya ke ibu petugasnya, “Bu, ukuran XL ndak ada ya?”. Si ibu bilang, “Ndak ada, Mbak. Itu aja, mesti muat wis. Mosok segitu ndak muat di Mbaknya?”. Batin saya, si ibu ini jujur apa sekedar mengibur?
Dengan ragu-ragu, saya pergi ke kamar pas untuk menjajal kebaya tersebut. Apa yang terjadi? Pas! Bahkan badan saya tidak terlihat ‘tumpah-tumpah’. Hahaha. Aseeek. Sepertinya ini masih dampak dari KKN-PPL kemarin, bobot saya turun secara ekstrim. Tuhan memang baik, bobot turun di saat yang benar-benar pas! *sujud sukur*.
Beres sudah untuk fitting kebaya dan pranakan. Masih kurang satu kostum lagi: janggan. Tidak jauh berbeda dari kebaya sebenarnya, janggan ini semacam kebaya tetapi warnanya hitam tanpa ada celah macam kebaya brokat yang kalau dipakai ada bagian yang menerawang. Sempat khawatir susah dapat janggan. Si ibu petugas Kusdi menyarankan pergi ke rumah saudaranya yang punya beberapa janggan untuk dipinjamkan ke kami. Setelah beres di Kusdi, kami dijemput seorang ibu diketahui bernama Bu Anik untuk segera kerumahnya menjajal janggan.
Ternyata, rumah Bu Anik tidak begitu jauh dari Kusdi. Malahan, rumah Bu Anik ini hanya sepelempar batu dari halaman Magangan alias halaman belakang Kraton. Bu Anik sudah menyiapkan beberapa janggan untuk kami coba. Untungnya lagi ada janggan yang pas muat di badan saya. Maklumlah, saya sedikit sensitif sama ukuran baju :|. Bu Anik ini juga yang nantinya akan membantu kami memakai kostum dan segala perlengkapannya saat d-day. Dari rumah Bu Anik pula lah segala kegiatan kami blusukan inside The Royal Palace dimulai.
Hari belum berakhir, masih ada gladi kotor kirab sore harinya..see ya at the next part :D
0 komentar