Ibuk dan Bakmi Jawa
Maret 20, 2016
Untuk
Ibuku di surga, penggemar bakmi Jawa.
Buk,
apa kabar?
Lama
enggak cerita ke Ibuk. Ada baaaanyak cerita, Buk. Nanti satu persatu akan Ameng
ceritakan ke Ibuk. Ah, kabar kami? Jangan khawatir, kami baik-baik saja di
rumah. Kami semua makan dengan baik, cukup tidur dan cukup piknik jajan bakmi
Jawa seperti biasanya.
Tentang
bakmi Jawa, Buk.
Ingat kapan terakhir kita serumah plus Mbak Achi jajan bakmi Jawa? Ya, bakmi Jawa Pak Paino Bintaran. Belum lama, Ameng pergi ke sana lagi, duduk di tempat Ibuk duduk dulu, memesan menu yang Ibuk pesan dulu.
Ingat kapan terakhir kita serumah plus Mbak Achi jajan bakmi Jawa? Ya, bakmi Jawa Pak Paino Bintaran. Belum lama, Ameng pergi ke sana lagi, duduk di tempat Ibuk duduk dulu, memesan menu yang Ibuk pesan dulu.
Enggak,
bukan dengan Iwak, Bapak, Kuntet. Entah dia ini siapa, tiba-tiba datang masuk
ke kehidupan Ameng, Buk. Lelaki tinggi yang gemar jajan bakmi. Satu di antara
seribu, mungkin. Lelaki over-jangkung ini tahu warung-warung bakmi Jawa pinggir
jalan tempat keluarga kita biasa jajan. Termasuk ketika dia menyebut warung
bakmi Jawa Pak Paino adalah salah satu yang terenak menurutnya dan warung bakmi
Jawa Pak Pur adalah yang terbanyak untuk satu porsinya. Sepakat dan sama persis
seperti kita, kan, Buk?
Malam
itu, dia mengajak Ameng pergi keluar, lalu jajan bakmi Pak Paino. Seperti ada
rekaman gambar yang otomatis terputar di otak, Buk. Saat memesan menu, serasa
Ibuk ada di samping Ameng, bilang, sekarang
giliran Ameng memesankan untuk mas jangkung, sambil tersenyum. I did it, Buk. Ketika biasanya Ibuk yang
memesankan menu untuk kita sekeluarga, kali ini Ameng mengawali memesankan
untuk mas jangkung.
Ameng
diajak duduk di tikar yang digelar di trotoar, di ujung pertigaan. Tempat yang
sama di mana Ibuk terakhir duduk bersama-sama sekeluarga dulu. Rekaman gambar
diputar kembali. Ibuk, Bapak, Iwak, Kuntet, Mbak Achi, Ameng, berfoto ria
sambil menunggu pesanan bakmi dihidangkan. Buk, hal yang Ameng sesali dari hari
itu, Ameng tidak berfoto bersama Ibuk. Tak apa, setidaknya Ameng yang jadi juru
foto saat Ibuk foto dengan Mbak Achi.
Ameng
ceritakan tentang semuanya ke mas jangkung, tentang warung Pak Paino ini warung
bakmi favorit Ibuk, tentang kita sekeluarga terkhir jajan di sana, tentang
semua warung bakmi jawa berikut porsi dan rating rasanya. Semuanya.
Siapa
mas jangkung ini? Datang tiba-tiba seperti ini. Membawa sekaligus mengekalkan-menguatkan
kenangan tentang Ibuk. Ameng senang, senang sekali, terharu. Ameng juga
sampaikan ke mas jangkung kalau dia membuat Ameng terharu karena bisa tahu
warung bakmi Jawa kesukaan keluarga kita dan sepaham soal rasa dan porsi. Kalau
boleh Ameng bilang, Ibuk yang minta Tuhan kirim mas jangkung ke Ameng, supaya
bisa sering menemani Ameng jajan bakmi di warung-warung kesukaan Ibuk.
Buk,
terima kasih telah membuat kenangan di setiap tenda, tikar, trotoar, meja-kursi
tua, kepulan uap bakmi Jawa, jeruk panas, dan es teh di warung-warung bakmi
Jawa di seantero Jogja. Terima kasih sudah meminta Tuhan mengirimkan mas
jangkung untuk mengekalkan kegemaran Ibuk jajan bakmi Jawa. Semoga seterusnya,
ya, Buk. Dan Ameng melihat bayangan Ibuk mengangguk tersenyum mengamini.
Salam.
(Ameng—anak
perempuan Ibuk yang akan terus jajan bakmi jawa)
1 komentar
:")
BalasHapus