'Blusukan' Pernikahan Putri Raja [Part IV]

Februari 02, 2014



Setelah berurusan dengan kostum di Kusdi dan rumah Bu Anik, kami harus bersiap bertugas untuk sore hari. Agenda kami sore hari itu adalah gladi kotor kirab. Karena saat itu masih siang, kami pun memutuskan untuk mencari makan siang. Hanya saya, Mbak Sarah, Mbak Lynda, dan Desti yang ikut makan siang. Desti menyelesaikan makan siangnya duluan karena dia ada keperluan lain. Sehabis makan siang, kami memutuskan untuk istirahat dan shalat di Masjid Agung Kauman.


Cuaca agak labil, sesekali turun gerimis. Sampai di Masjid Agung, kami rehat sejenak sambil ngobrol sana-sini. Capek rasanya, padahal hanya fittingbaju, belum lagi nanti gladi kotor kirab. Ah, ndak boleh ngeluh. Sudah resiko. Setelah dirasa cukup istirahat, kami memutuskan menuju Keben Kraton tempat start gladi kotor.

Sampai di Keben, ternyata masih sepi. Tanya ke beberapa abdi dalem di sana ternyata masih belum ada kepastian dimulai dari mana. Wah ini nih, kena php. Akhirnya kami ke Museum Kereta Kraton yang bisa ditempuh dengan jalan kaki dari Keben. Sudah banyak orang di pelataran museum. Ada banyak kuda yang akan dipakai untuk menarik kereta. Sayangnya kami tidak diperbolehkan masuk. Ini salah satu tantangan kami: belum punya ID khusus pers.

Karena tidak boleh masuk, saya telepon Pak R, bilang kalau ndak boleh masuk. Oleh Pak R diberi tahu untuk bilang ke Kanjeng Yuda. Duh dek, yang mana pula Kanjeng Yuda? Tapi ternyata, Mbak Sarah telepon Mas Sap, salah satu abdi dalem. Bermodal dadah-dadah, akhirnya kami menemukan Mas Sap yang saat itu sudah ada di dalam pelataran museum. Akhirnya kami pun boleh masuk. Yehaa!

Di pelataran museum selain banyak kuda, ada banyak wartawan dan tukang foto. Oh, ada juga orang-orang dari pihak wedding organizer. Saya yang kebagian menulis berita gladi kotor ini, jujur, deg-degan. Saya deg-degan sudah sejak dari fitting baju sebenarnya. Mulailah saya cari narasumber. Berbekal bantuan Mbak Sarah, saya kepo tanya-tanya ke Mas Sap siapa koor gladi kotor ini. Mas Sapto bilang koordinatornya adalah Kanjeng Yuda. Waduh, yang mana ya, Mas?

Pucuk dicinta ulam pun tiba. Seorang lelaki yang kurang lebih seumuran almarhum kakek saya, berkulit cerah, berkemeja merah, dan bersenyum ramah, keluar dari dalam ruangan museum. Mas Sap pun langsung membisiki saya dan kawan-kawan, bilang kalau itu Kanjeng Yuda. Tanpa buang waktu, saya dan Mbak Sarah mewawancarai Kanjeng Yuda soal gladi kotor sore itu. Sebenarnya yang tanya-tanya Mbak Sarah, saya mah ngrekam aja sambil angguk-angguk :’).

Kanjeng Yuda tidak bertahan lama dalam interview kami karena harus moving sana-sini. Padahal tiap beliau moving, beliau selalu menjawab pertanyaan yang sama dari wartawan lain. Ckck super sekali Kanjeng Yuda ini. Mbak Sarah yang sepertinya belum puas dengan kinerja saya, menanyakan kembali, “Tadi ada yang kelewatan belum kamu tanyain nggak?” Bagi saya, pertanyaan itu seperti perintah, “Sana kamu cari info lagi ke Kanjeng Yuda!” *peace out Mbak Sarah!*

Saya pun keliling-keliling sendiri mencari Kanjeng Yuda. Setelah menembus kerumunan kuda sekaligus eeknya, saya menemukan kembali Kanjeng Yuda. Saya pun memanggil beliau, “Gusti, bisa minta waktunya sebentar?” Tahukah apa jawaban beliau? Ini dia, “Waduh, jangan panggil Gusti. Jadi naik pangkat dong saya! Hahaha. Panggil Kanjeng saja atau Romo.” Hyak! Piye perasaanmu?Bagaimana perasaanmu salah panggil nama gelar macam itu? Maluk ciyn. Jelas. Tapi ndak apa, lebih baik salah lalu tahu benarnya daripada sok tahu sampai akhir malah jadi fatal *ngeles*.



Setelah puas tanya-tanya ke Kanjeng Yuda, saya dan Mbak Sarah mencari Mbak Lynda dan Desti. Oya, saat itu Mbak Lynda dan Desti menengok gladi kotor di Pagelaran Kraton. Banyak hal kami dapat berdasar pengamatan mata dan beberapa info dari narasumber. Kami tanya apapun termasuk berapa jumlah kuda berikut dari mana asal kuda itu, berapa prajurit yang ikut, apa nama kereta yang dipakai dan sebagainya. Pokoknya sudah macam wartawan sungguhan.

Selesai meliput gladi kotor kirab, tugas saya belum usai. Saya dapat tugas interview soal souvenir pernikahan GKR Hayu dan KPH Notonegoro ini. Mbak Sarah menunjuk saya untuk mewawancara Pak R. Baiklah, sementara yang lain pulang, saya masih mengejar Pak R ke kantornya di Kraton Kilen.
Tiba di kantor Pak R, saya masih menunggu Pak R yang masih bercakap-cakap dengan Mas Sap dan Kanjeng Yuda. Saat itu saya sempat merasa salah posisi. Karena bangku yang tersedia terbatas, saya main duduk aja di sebelahnya Kanjeng Yuda sementara Pak R beranjak sebentar. Setelah Pak R kembali, Pak R mengusir saya dengan bahasa isyarat. Duh dek..salah lagi.

Tiba waktunya saya kepo-in Pak R soal souvenir. Kali ini saya tanya banyak hal, meskipun ada beberapa kali jeda karena Pak R menerima telepon. Ada suatu jeda, ketika salah satu staf menghampiri Pak R membawa satu ponsel dan satu buah kotak kardus kecil.

 Ibu staf ini berkata, “Iki, Pak, aku ora mudheng piye le nglebokke simcard-e.” (Ini, Pak, saya ndak tahu bagaimana memasukkan simcard-nya) sambil menyodorkan kotak kardus kecil yang ternyata bungkus i-Phone 5 dan ponsel candybar macam punya ibu saya.

Ngarso Dalem ngendika gek kon dilebokke kene,” (Sultan berpesan untuk segera dipindah ke sini) sambung si ibu sambil menunjuk kardus i-Phone.

Pak R menjawab sambil membuka kardus, “Wah, iki kudu dikethok sik. Lha kok ra ket wingi to? Ana-ana wae lho, gek akeh gawean.” (Wah, ini harus dipotong dulu. Kok ndak dari kemarin to? Ada-ada saja, sedang banyak kerjaan ini).

Dari adegan yang saya lihat dan dengar itu, saya menangkap hal yang ya lucu tapi lumrah: Ketika seorang raja meminta tolong staf-nya melakukan hal kecil semacam memindahkan sim-card. Satu lagi, ternyata ponsel ibu saya sama persis seperti punya raja. Mak, ponsel Emak samaan kayak punya Sultan, Mak! Hahaha *abaikan*.

Kembali ke sesi wawancara. Karena mungkin Pak R buru-buru akan memasang sim-carddan mungkin saya juga kebanyakan tanya, Pak R meminta saya untuk menyudahi wawancara sore itu. Pak R bilang, ndak usah kebanyakan tanya, nanti jadi tidak surprise. Saya ndak mau protes, saya mah iya-iya aja, lagian saya nya juga sudah capek dan ingin pulang. Esok hari kami satu tim akan berubah jadi Power Ranger untuk site visit lagi. Mari pulaaaang….

Sampai jumpa esok hari di site visit bagian kedua ya~

You Might Also Like

1 komentar

Subscribe