Ultramen Bertanya, Sailormun Menjawab

April 17, 2016

Sukses itu bukan berarti temuan ilmiah yang mengguncang bumi atau penemuan yang luar biasa, tetapi kemampuan untuk menjaga keteraturan dalam hidup, serta tanggung jawab dan kewajiban kita terpenuhi.

--- Desi Anwar, Hidup Sederhana halaman 161


Tring! Seperti menemukan jawaban atas pertanyaan Ultramen tentang sukses dalam pernikahan itu seperti apa. Iya, tiba-tiba ditanyain Ultramen pas saya lagi asik-asiknya mengasah kekuatan bulan.

Mari kita korelasikan definisi sukses menurut Desi Anwar dengan opini saya terkait sukses dalam pernikahan. Tsaaaah.
*macak serius* *lagaknya udah kayak mau nikah aja* *habisnya gimana dong* *ditanyain gitu* *digetok yang pada udah nikah*


Poin pertama, menjaga keteraturan dalam hidup. Apa ya artinya? Boleh saya definisikan begini, teratur itu rapi. Hal yang rapi biasanya adalah hasil dari rajin dan disiplin. Hmm.. mau dianalogikan seperti apa ya, biar nyambung?

Katakanlah kamar yang berantakan. Nah, kamar yang berantakan ini juga pasti ada masanya tidak berantakan alias rapi. Kenapa bisa berantakan? Karena aktivitas pemiliknya sehari-hari, pasti. Si pemilik kamar ini bisa jadi dia sedang sibuk sehingga belum sempat membereskan kamarnya. Bisa jadi juga dia pemalas, terlalu pemalas untuk beberes. Bisa jadi juga si pemilik ini memang sengaja membuat berantakan kamarnya.

Hidup juga seperti itu, barangkali. Terlihat dan terkesan berantakan karena terlalu sibuk dengan rutinitas sehingga tidak sempat 'menata' diri. Bisa jadi juga karena malas untuk sekadar bangkit dari tempat tidur dan mulai menata diri. Bisa jadi juga memang sengaja tidak ditata karena lebih prefer dengan kondisi yang tidak tertata itu.

Kembali ke keteraturan dalam hidup. Dari tiga kondisi penyebab ketidakteraturan radi, agaknya memang harus diubah. Kenapa? Supaya sukses lah. Gimana sih~ Diubah dengan cara apa? Disiplin dan rajin.

Saya merasakan sendiri perbedaan saat saya sedang disiplin dan tidak sedang disiplin. Rasanya enak sekali bisa centang-centang to do list harian yang bisa terlaksana tepat waktu. Bisa lega mengakhiri hari dan merasa siap sekaligus bersemangat melanjutkan hari esok dengan to do list yang baru. Excited membuat rencana-rencana berikutnya. Menyenangkan! Dan yang utama dari semua itu adalah MENJAGA agar tetap konsisten! Itu sulit. Tapi bisa! Dengan cara apa? KOMITMEN. Memantapkan hati, jiwa, raga, untuk terus melaksanakannya apapun yang terjadi. Uhuy~

Dan rasanya sangat tidak enak ketika seenaknya sendiri mengabaikan pekerjaan dan menunda-nunda mengerjakannya. Efeknya jadi kepikiran terus. Membebani kepala. Mengganggu kesehatan. Membuat tergesa-gesa. Dan menimbulkan rasa menyesal. Sangat tidak enak.


Oke, itu dalam kehidupan sehari-hari sebagai individu. Bagaimana dengan pernikahan?


Mungkin begini. Keteraturan dalam kehidupan pernikahan itu.. emmm.. kurang lebih sama seperti kehidupan sebagai individu bujangan. Hahaha. Iya lho, tinggal aplikasikan saja disiplin dan rajinnya dalam hal-hal spesifik kehidupan berumahtangga. Ya, to? Seperti misalnya disiplin dalam bayar tagihan listrik, masak tiap hari, beribadah bersama tiap hari. Begitu kan, ya? Rajin-rajin mengobrol bersama, rajin-rajin memberi hadiah-hadiah kecil satu sama lain, rajin-rajin piknik juga~ hehe. Tinggal sama-sama dibuat 'to do lis'  mulai dari yang harian, bulanan, sampai yang jangka panjang. Kemudian sama-sama memberi tanda centang ketika hal-hal yang direncanakan sudah tercapai/terlaksana. Bagaimana menjaganya? Kembali lagi ke pernyataan saya tadi: komitmen. Berhubung sudah sah diikat tali hukum, tali agama, dan tentunya cinta dan kasih sayang, jadi nggak boleh menggok-menggok alias belok-belok ya~ Komitmennya harus kokoh dan kuat biar enggak ambyar alias berantakan~


Uhuy~ Enak banget, Kak, ngomongnya~ Lha..kan saya emang cuma mau ngomong, menjawab pertanyaan Ultramen tadi~


Lanjut. Poin ke dua. Kewajiban dan tanggung jawab yang terpenuhi. Yak. Dalam kehidupan seorang bujangan, apa sih kewajiban dan tanggung jawab yang harus dipenuhi? Banyak hal ya pastinya. Misal tanggung jawab akademis menyelesaikan studi *uhuk*, kewajiban terhadap Tuhan dan orangtua, kewajiban terhadap diri sendiri, dan banyak lagi. Pasti ada rasa lega, bangga, bahagia ketika sudah tuntas kewajiban kita terhadap sesuatu. Setuju deh sama Tante Desi Anwar soal sukses adalah terpenuhinya kewajiban dan tanggung jawab.

Terpenuhi kewajiban dan tanggung jawab dalam pernikahan? Hmmm.. sebenernya Ultramen sudah menjawabnya sendiri. Tapi biar saya perjelas sedikit. Karena dalam pernikahan atau rumah tangga itu ibaratnya 'proyek seumur hidup', maka tanggung jawab dan kewajiban akan terpenuhi pada saat sepasang papi-mami berhasil 'melepas' anak-anaknya untuk memulai kehidupan seperti halnya si papi-mami dulu. Atau juga ketika tiba saatnya si papi-mami ini kembali pulang ke sisi Tuhan. So suit yha? Ya, kan, Ultramen? Jawabanmu dulu, mengomentari kesuksesan papi dan mamiku yang berpisah bukan karena hal duniawi tapi semata karena ajal menjemput. Duh merinding euy ngetiknyaaa~

Begitu kira-kira. Kewajiban dan tanggung jawab itu buaaaaanyak. Dan mungkin enggak akan semuanya terlaksana sampai tuntas. Nggak apa, malaikat sudah catat progresnya, Tuhan punya LPJ nya. Ahey~

Sukses yang diukur dengan skala kewajiban dan tanggung jawab memang agak berat. Tinggal mencukupkan diri saja atas apa yang sudah dituntaskan. Oke, cukup. Sudah deh, sukses~ Hahahaha.


Begitu, ya, Ultramen? Jadi kapan memberanikan diri untuk berkomitmen menuju sukses dalam pernikahan? ;)




Salam,
Sailormun.

You Might Also Like

3 komentar

  1. "Jawabanmu dulu, mengomentari kesuksesan papi dan mamiku yang berpisah bukan karena hal duniawi tapi semata karena ajal menjemput."
    Kisah bersama yang harus tutup buku yaa, Mbak, tapi bukan diakhiri :")

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyhaa..tak perlu selamanya, cukup sampai ujung usia. Begitu kiranya yhaaa :"D

      Hapus

Subscribe