Aroma Karsa

Juni 06, 2020



Penulis: Dee Lestari

Penerbit: Bentang Pustaka

Halaman: 710 Halaman

Cetakan: Pertama

Tahun: 2018

ISBN: 978-602-291-463-1


Terakhir kali membaca karya Dee Lestari itu Madre kalau saya tidak luput. Tapi karya yang memukau setelah Perahu Kertas jatuh pada Aroma Karsa ini. Supernova? Belum, saya belum membaca karya panjang yang fenomenal itu. Seperti membaui bensin atau minyak tanah, kisah bau-bauan dalam novel ini adiktif. Saya susah berhenti membacanya. Sulit mengambil jeda di antaranya.

Buku setebal nyaris seperti Harry Potter ini bisa habis dalam dua pekan saja. Itu akibat adiksi tadi. Apalagi banyak sekali kosakata yang saya baru dapati, anyar saya baca perdana di novel ini. Jadilah selalu ada jeda untuk mencari tahu artinya di KBBI. Cantik betul pilihan katanya.

Sesuai isinya, kisah dalam novel ini membawa saya berpetualang membayangkan bau-bauan yang dideskripsikan oleh Mbak Dee. Kok bisaaa~ suka gemas sendiri dengan hasil riset yang tidak main-main ini. Sangat penuh sampai tumpeh-tumpeh dengan ilmu baru. Begitu kaya~

Imajinasi juga tidak berhenti pada bau-bauan saja, kata demi kata itu bikin otak saya bekerja membentuk latar, tokoh, hingga detail apa saja hasil cernaan kata-kata yang dirangkai. Selalu dan selalu saya ingin memvisualkan wujud Jati Wesi. Cuma satu tokoh itu saja yang saya ingin visualkan. Tanaya Suma dan Raras Prayagung sama sekali tidak menarik sisi otak visual saya untuk menyenggol motorik menggambarkan wujud mereka. Ya ampun jahatnya~

Kedua tokoh terakhir itu sarat akan ambisi. Saya capek saat harus menuruti emosi keduanya. Gemas. Mbok udah to biasa aja. Tapi nyatanya itu sebuah keberhasilan Mbak Dee meramu karakter dua tokoh itu. Lain dengan Jati Wesi yang lebih kalem. Emosi kalem tidak perlu susah payah dibentuk dengan kata-kata, setidaknya begitu pandangan saya. Jadilah Jati ini idola bagi hati saya yang tidak sanggup dicekoki emosi meluap-luap.

Kembali pada hal yang memukau saya, latar. Lokasi yang disebut ada nyatanya, dekat dengan saya. Sampai saya buka Google Maps mana tepatnya lokasi yang disebut-sebut itu. Mungkin lain kali saya ke sana. Selalu, seperti Perahu Kertas, saya mungkin akan sangat suka berkunjung ke tempat yang menjadi latarnya.

Efek lainnya lagi, saya sampai tidak sabar menulis ulasan di sini. Karena yaaa kesannya sangat terasa. Oh juga, sekarang saya lebih banyak jeda sebentar untuk membaui apa saja di sekitar saya. Haha. Sampai segitunya, ya~



Dan, ternyata hampir dua tahun saya absen mengulas buku di sini. Hahaha. Pun buku Aroma Karsa ini saya udah beres baca tahun 2019, entah bulan apa. Hahaha. Ulasannya juga udah saya buat sejak lama, tapi saya tunda terus buat unggah. Hahaha. Fotonya saya barusan jepret juga. Hahaha.

You Might Also Like

0 komentar

Subscribe