MERASA PINTAR, BODOH SAJA TAK PUNYA Kisah Sufi dari Madura
Maret 07, 2018Penulis: Rusdi Mathari
Penerbit: Mojok
Halaman: 226 halaman
Cetakan: I
Tahun: 2016
ISBN: 978-602-1318-40-9
Anggap
saja membaca buku ini untuk menyongsong ramadan. Isinya kisah-kisah
yang bernuansa ramadan yang sebelumnya pernah tayang di mojok.co. Tapi
awalnya bahkan saya tidak memerhatikan kalau genre buku ini adalah
agama. Padahal jelas judulnya ditulis kisah sufi. Hehe.
Saya sudah
lama tidak mengikuti ceramah agama atau forum-forum lain yang membahas
agama, khususnya Islam. Bagi saya membaca buku ini enak sekali. Seperti
mendapat siraman rohani dengan cara yang ngakak. Menyenangkan. Bahkan
kalau boleh saya bandingkan, saya prefer membaca buku genre
ngakak-agamis seperti ini dari pada mendengarkan ceramah yang
menggebu-gebu. Soal selera sih, ya.
Beberapa kisah dalam buku
ini saya sudah pernah dengar sebelumnya dari sumber yang berbeda-beda.
Saya lupa, tapi sumbernya cerita lisan. Saya senang menemukan kisah
lisan tersebut dikemas dalam wujud buku bersama kisah lainnya. Saya jadi
bisa sering-sering menengok lagi pelajaran-pelajaran dari kisah-kisah
tersebut.
Dan, saya juga mengagumi latar yang digunakan dalam
kisah Cak Dlahom ini. Sebuah kampung yang jauh dari perkotaan. Seru
membayangkan bagaimana Cak Dlahom berjalan di tepi telaga atau duduk di
tengah kuburan. Haha.
Sentilan juga banyak hadir dalam kisah-kisah
ini. Ya itu semua berasal dari perilaku Cak Dlahom yang sangat tidak
bisa ditebak. Ajaib. Nyeleneh tapi kok bener. Membuat gemas. Saya pun
berkali-kali senyam-senyum sendiri, cekikikan sendiri saat mengikuti Cak
Dlahom, Mat Piti, dan Romlah berkegiatan sehari-hari kala ramadan
hingga lebaran tiba.
Banyak kalimat yang dibuat kutipan dalam satu
halaman. Memudahkan untuk diberi tanda supaya mudah ditemukan kembali.
Apa kutipan favorit saya? Nanti dulu. Buku ini kurangnya apa? Kurang
ajar.. Hahaha.
“Lalu apa yang kamu
cemaskan? Mengalirlah seperti air. Bawa saja semuanya. Hadapi. Alirkan
semuanya hanya menuju kepada Zat Pemelihara. Semata hanya kepada Dia.
Tidak ada yang lain. Tidak kepada yang lain….”
(Halaman198)
0 komentar