Cangkeman needs Techniques

Oktober 06, 2012

Akhir-akhir ini saya berpikir tentang public speaking. Buat saya yang ndak begitu suka ngomong dan tampil di hadapan orang banyak, ini cukup sulit. Belum lagi, profesi yang (mungkin) akan saya geluti nanti adalah guru, jelas harus bisa ngomong di depan murid-muridnya. Saya mengambil total 6 sks untuk mata kuliah Ekspresi Lisan di mana mata kuliah ini mewajibkan mahasiswa praktek pidato, MC acara kecil sampai MC manten. Tapi, 4 sks yang sudah terlaksana, hasilnya minimalis. Memang saya tidak berharap banyak dengan mata kuliah ini, yang penting dapat nilai dan ilmunya, masalah diterapkan atau tidak itu belakangan :p

Pengalaman public speaking saya pas-pasan bahkan bisa dibilang payah. Maju latian MC mantenaja grogi sampe anyep, ngomong di hadapan lima anak SMA di depan kelas aja ndhredheg, memperkenalkan diri di hadapan 30 anak SMA aja nrothoki. O My Lord... aku kudu piye?
 

 gambar ilustrasi saya dengan 'cangkem' yang lebar :D


Beberapa waktu lalu, saya ikut rombongan SM*X, Pak Bos, dan Amel safari jurnalistik ke Purworejo. Sudah pasti kegiatannya adalah nyangkem. Kalau Pak Bos sih ndak usah ditanya, beliau sudah andalan ngomong di hadapan orang banyak. Nah, kemudian saya mengamati, ada Amel. Dia juga andalan banget nge-MC nya :O. Amel juga udah lumayan banyak pengalaman tampil di depan publik, dan dasarnya juga seneng ngomong. Kemudian, Mas Ghora, kalau ini sih saya juga ndak heran, sesuai dengan jurusannya, komunikasi, dia sangat pandai berkomunikasi, segala macam komunikasi :p. Ada juga Panggah, nek iki aku ra nggumun, dia memang banyak mulut, jadi sudah pasti andalan ngomong di depan banyak orang. Yudho dan Mas Praend juga lumayan lah, dibandingkan saya. Intinya mereka semua oke public speaking nya. Bisa dibilang, di acara itu, saya yang ndak ngapa-ngapain, alias cuma diem aja, ndak ikut ngomyang.

Terus, kemarin, nonton Asia Tri, ada Pak Jo, dia juga nge-MC. Bagus juga nge-MC nya. Teman-teman saya yang lain yang jago ngomong ada Mbak Linda, Mbak Sarah, Mbak Shinta, Mbak Anis, Ririn, Diza :’). Dari pengamatan random itu, saya jadi menyimpulkan sendiri, public speaking itu perlu banget. Mau jadi apapun nanti, pasti ada saat ketika kita harus ngomong di hadapan banyak orang. Mau jadi penulis atau pelukis sekalipun, kalau karyanya meledak pasti banyak meet and greet dan mau ndak mau harus ngomong. Pelukis yang mau pameran tunggal pasti juga pidato dulu di opening ceremonynya.

Belum tuntas, beberapa waktu lalu saya dan Mbak Dhita mengikuti sebuah ajang di mana kami dituntut untuk ‘bisa ngomong’. Oke awalnya sih pede-pede aja ya, tapi begitu di dalam ruangan, berhadapan dengan juri dan harus menjawab pertanyaan dewan juri, modyar aja deh saya. Patner saya waktu itu tepu maksimal, luarnya sok-sok-an ndak bisa apa-apa, cupu, tapi begitu di dalam ruangan..jddeerr! Dia udah kayak radio jebol yang ndak bisa direm omongannya. Wow banget.

Ternyata ndak cuma saya aja yang merasa demikian, Mbak Dhita juga. Patnernya Mbak Dhita lebih joss public speaking nya. Semua jawaban pertanyaan dari juri seolah udah dia hafal sebelumnya, begitu kata Mbak Dhita. Bahasa Inggrisnya bagus pula. Minder deh kami..
Lalu, tadi sore sebelum saya posting tulisan ini, saya dan Mbak Dhita sempat ngobrol soal public speaking gitu. Selain ngrasani patner kami yang tadi, Mbak Dhita juga bilang pengen ikut kursus public speaking. Ya, hal itu akan sangat penting nantinya. Bagaimana dengan kamu? Sudahkah kamu pandai dalam public speaking?


Well, karena cangkeman tidak hanya sebatas cangkem saja. We need techniques. 

You Might Also Like

0 komentar

Subscribe