Pewarna Berair

Juli 05, 2016



Hap! Ini postingan sebenarnya sudah pernah saya publish di tambler saya. Nggak apa ya saya post di mari, biar ada posting baru gitu~ hahaha. Enggak ih, ini saya sudah tambahkan beberapa paragraf dan foto tentang bermain dengan cat air. Yang di tambler mah pendek dan asal-asalan nulisnya. Mari~



Menggunakan cat air untuk mewarnai cukup sulit ternyata. Butuh banyak latihan. Membiasakan jari-jari memulas dengan kuas, menentukan tebal-tipis lapisan warna, mencampur warna-warna dasar menjadi warna yang diinginkan, sampai menjaga kertas yang dijadikan media enggak belepotan kena cipratan/tetesan cat.

Setiap selo alias luang, saya menyempatkan diri sketching lalu diwarnai dengan cat air. Setelah sketching tuh bahagia, karena garis yang dihasilkan pensil dan shadingnya bisa pas. Tentu begitu karena pensil bisa dihapus kalau salah coret.

Begitu masuk tahap mewarnai, terutama pakai cat air, ancang-ancangnya lama. Selalu ada sensasi takut, ragu, dan semelang (duh apa ya bahasa Indonesianya semelang? hehe) nanti nggak pas takaran cat dan airnya. Meskipun sebelumnya sudah dicoba dulu takaran cat dan airnya, tetep aja masih semelang. Sekali gores ambyar alias hancur, maka akan memengaruhi goresan-goresan berikutnya.

Belum lagi faktor kertas. Saya pakai kertas sketchbook biasa, yang kayak buku gambar itu kertasnya karena masih eman-eman (sayang—iya sayang kamu :p) kalau mau beli Canson. Toh buat latihan dulu. Sesekali saya juga pakai watercolor pad, kertas yang bertekstur khusus buat media cat air tapi yang murah aja. Hehe.

Kalau pakai watercolor pad itu enaknya cepet banget meresap. Jadi langsung ketahuan warna cat yang sudah keringnya. Paling sukanya tuh efek tekstur kertasnya yang jadi makin apik kalau sudah ketimpa cat. Nggak sukanya? Mahal. Hahaha. Kalau pakai sketchbook biasa nggak enaknya kertasnya mudah bergelombang kalau basah. Warna cat ketika masih basah dan ketika sudah kering di atas kertasnya juga beda. Jadi harus pandai kira-kira dan sering-sering ngetes takaran cat dan airnya biar hafal seberapa pasnya.

Untuk kuas saya pakai ukuran yang paling kecil, merk Reeves. Saya pakai dua, lupa nomer berapa aja, yang jelas yang paling kecil. Cat airnya saya pakai Sakura Koi. Sejauh ini saya seneng pakai kuas yang kecil, karena saya lebih sering bikin objek gambar yang kecil dan detil. Jeleknya adalah ketika harus mewarnai bidang yang luas hasilnya jadi ambyar. Itu karena jangkauan kuasnya sempit. Jadi kelihatan banget flow-nya nggak rata, beda cara menggoreskannya.


Masih berantakan~ Itu ada cat air Sakura Koi nyempil sedikit hehe


Gambar di atas adalah gambar kesekian yang saya warnai dengan cat air. Terlihat sekali kan kalau flow-nya masih berantakan. Campuran warna yang juga mawut alias acak-acakan. Namanya juga belajar.

Dan saya suka nyomot foto orang buat dicontoh jadi objek gambar buat latihan. Nggak cuma satu dua orang. Nyomotnya tergantung mood. Siapapun. Waspadalah. Saya enggak akan izin untuk ambil foto kalian. Nanti kalau ketahuan gambarnya jelek dimarahi saya. Itu gambar di atas juga saya enggak ijin sama yang punya foto. Maap ya~

Pernah juga saya iseng bikin unyu-unyuan buat kawan saya dengan memanfaatkan cat air. Tapi yang ini agak berbeda. Setelah proses sketching kemudian coloring pakai cat air, gambar saya proses kembali secara digital. Setelah itu saya cetak, potong dan susun dalam bingkai. Widih~ niat banget bikinnya. Yaa namanya juga sayang~ eeh coba-coba aja sih hahaha.

Sketch dan coloring pakai water color pad merk Reeves


Sentuhan digital~


Cetak-gunting-tempel-pajang~




Itu karya yang saya buat tahun lalu. Tahun ini belum main-main lagi dengan cat air. Saya akan coba dengan Canson watercolor paper nanti, insyaa Allah. Kamu mau jadi objek gambarnya? Saya berniat bikin give away karya saya yang sejenis itu atau mungkin juga jenis lainnya untuk kawan-kawan saya di dunia maya. Seru sepertinya. Mau tidak?

You Might Also Like

2 komentar

Subscribe