Orang Sleman Karbitan (5)

Mei 11, 2017

Sebelum saya lanjutkan seri OSK ini, kalau ingin baca seri OSK dari awal bisa ke tautan berikut:


Episode 5 ini saya sedikir berkisah tentang makanan dan pola makan saat jadi OSK. Apa bedanya? Makan beling? Makan ati? Makan teman? Makan-nya baca aja~



Bukan hal yang mengherankan ketika jadi tukang repot, frekuensi makan akan luar biasa teratur. Ya, luar biasa maksudnya jadi di luar kebiasaan. Dan itu bukan mengarah kepada kurangnya waktu untuk makan. Justru frekuensi makan bisa jadi lebih banyak dari tulisan yang dibuat *eh.

Katakanlah kudapan, nasi kotak, prasmanan di hotel, hingga jajan makan siang di rumah makan. Aduhai begitu memanjakan. Tapi saya selalu pukpuk perut sendiri untuk sadar bahwa dia punya batas daya tampung. Meskipun tidak jarang saya akhirnya menyerah mengkhianati perut saya yang sudah membuncit kemlakaren *emm saya nggak tahu bahasa Indonesianya kemlakaren*.

Sering kali saya juga nolak nasi kotak dan hanya pilih makan kudapan karena saya nggak mau nasi kotaknya mubazir cuma saya makan sedikit. Mau bawa pulang pun malas, repot bawanya. Dan belum tentu saat di rumah makanan tersebut masih layak makan.

Berhadapan dengan makanan yang tidak saya sukai ini juga kadang dilema. Misal saat prasmanan. Pernah suatu kali hidangannya entah kenapa daging-daging semua, santen-santen semua. Alamak padahal saya lapar. Biarin saya nggaya, saya menghindari makanan daging terutama kambing dan santan mengingat riwayat kesehatan orangtua yang rentan ambyar karena makanan seperti itu. Saya ngakali aja. Di situ akhirnya saya milih minum es buah. Buahnya lumayan bikin kenyang. Hehehe.

Lalu, yang terjadi siang tadi adalah makan siang di warung makan yang menunya kambing. Tengkleng. Mangan lawuh prengus. Saya berdoa semoga ada menu selain kambing. Ternyata nggak ada. Akhirnya diada-adakan. Menu nasi goreng kambing, tulisan kambingnya saya coret ganti tulisan telur. Ya. Sementara yang lain, begitu asyik nyesepi balungan tengkleng. Ya, menyesap-nyesap tulang-belulang kambing itu. Hmmm.

Dan suatu ketika, saya juga baru tahu kalau nugget ayam itu ternyata masuk kategori camilan kala coffe-break di hotel. Hmm..yayaya… padahal itu buat lauk pake nasi bisa jadi bekal makan siang. Ehehe.

Mungkin hal demikian akan jarang saya temui saat jadi anak bola karbitan nanti. Menjadi orang Sleman karbitan memang tiada duanya~

Nah, saat ini, saat saya tidak lagi jadi OSK bagaimana pola makan saya? Seingat saya, saya jarang makan di luar. Saya makan di dalam. Ehee. Saya makan di rumah aja dan itu pasti sore atau malam. Sehari sekali? Nggak juga. Kadang-kadang siang juga makan. Kudapan dan nasi kotak sudah agak jarang saya temui. Sekarang saya sukanya ngeteh bareng di markas tukang repot bagian olahraga. Pergaulan teh tawar dan indomi goreng telor cengek. Tapi saya mentok jajan teh tawar. Waktu pertama kali saya perkenalan di markas, sambutannya adalah martabak dan terang bulan. Selebihnya saya enggak ingat saya pernah makan apa saat jadi anak bola karbitan.

Oya barusan ingat, hari-hari terakhir jadi OSK, saya sempat ikut sebuah acara di rooftop sebuah hotel. Makan bersama sekian puluh orang. Makan gudangan alias urap, peyek, tempe, telur rebus, nasi, sayur, yang ditumplek-blek ke lembaran daun pisang yang digelar memanjang. Wenak. Tapi waktu itu saya banyak nemu pete dari pada sayur lain di urapnya.
Terakhir di markas saya cuma lihat Mas Sus, mantan, mantan tukang repot yang saya gantikan posisinya saat ini makan kupat tahu. Saya nggak ikut makan. Malamnya baru saya makan sama Mbak Unyu. Makan sop sosis sama makan batagor.

Karena jadi anak bola karbitan hanya ada makan..tuh rumput lapangan~
Seger kan~ rumputnya~

You Might Also Like

0 komentar

Subscribe