(Ma)Karya
Juni 01, 2014
Setengah tahun belakangan, aku suka stalking akun IG orang-orang. Bukan, bukan akun mantan, akun gebetan iya. Halah, bukan, aku stalking akun IG para seniman visual muda baik lokal maupun internasional. Katakanlah Mutia Han, Renata Owen, Emte, Komikazer, Ayang Cempaka, Diani Apsari, daan yang lainnya untuk yang lokal. Kalau yang dari luar negeri, aku suka seniman grafis dari Thailand, mereka keren-keren. Sumpah. Aku enggak hafal nama mereka siapa, lagian mereka juga enggak pakai nama asli mereka, ada pun pakai aksara Thailand yang keriting unyu itu.
Masalah karya, sudahlah mereka semua keren dengan ciri khas masing-masing. Hal lain yang kudapati dari stalking selain karya keren adalah bahwa beberapa dari mereka punya bakat lain. Contohnya Mutia Han, dia juga punya bakat bermusik. Gilak. Ada juga yang punya bakat bikin baju, bikin kerajinan apaa gitu. Hih, bikin gemes. Aku? Bakatku adalah aku bisa tidur 12 jam tanpa merasa pusing saat bangun. Gilak, hebat kan aku? *applause untuk diri sendiri*
Mereka bisa gitu fokus pada beberapa bidang. Lebih irinya lagi, mereka punya fasilitas maksimal untuk berkarya. Kebanyakan seniman grafis itu, menurut hasil stalking, mereka memang studi di bidang seni atau paling enggak arsitek. Lalu sempat timbul penyesalan, kenapa dulu enggak beraniin ambil seni atau teknik arsitek, padahal pengen. Ah, penyesalan~
Kupikir seniman-seniman muda itu juga rajin, enggak macam aku. Bikin gambar, baru lima menit udah ngeluh capek, maunya pengen cepet selesai. Ya..penyakit malas ini memang sepertinya kutukan abadi. Kebanyakan mereka berhari-hari, berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan mengerjakan art-project mereka. Belum lagi mengerjakan pekerjaan utama mereka, ada yang kerja di kantor, ada yang jadi guru, ada yang nyambi sibuk nggarap tugas kuliah, ada juga yang..nyambi nggarap skripsi.
Aku pengen, suatu saat aku bisa seperti mereka. Muda, produktif, berkarya. Kata salah seorang kawanku, Mbak Atta, karya itu bisa membawa kita jadi Happylionaire. Sudah senang, banyak uang. Haha. Iya, itu nanti, tahap lanjut. Sekarang bisa rajin berkarya aja sudah syukur. Sebisa mungkin berkarya karena memang dari dalam hati, karena senang, bukan karena paksaan, bukan karena ingin disanjung. Kata Evita Nuh (kata dia bukan ya? Lupa ih), to express not to impress.
Untuk saat ini, saya masih suka menerapkan kata-kata Mutia Han, “I’m an illustrator when cash get low”. Hahaha. Tapi enggak sepenuhnya seperti itu kok. Saya bikin gambar dengan prinsip kekancan. Hahaha. Aku kancamu to, Meng? | Yoi broo..sist.. *salim*
Sedikit demi sedikit juga aku menabung untuk beli alat-alat macam ink based alcohol, pen tablet, cat air, buku sketsa, daan banyak benda unyu untuk menggambar lainnya. Beli pensil warna sama marker aja sampai harus survei dulu, toko mana yang paling murah harganya. Ih sedih. Sementara aku hanya mengandalkan drawingpen, marker, pensil, pensil warna, plus krayon dan cat poster yang sudah 8 tahun lamanya enggak aku pakai. Wujude wis garing ngono bro, kemripik. Biarlah, yang penting bisa berkarya. Pram aja bisa bikin buku di penjara, masak kita enggak?
0 komentar