'Blusukan' Pernikahan Putri Raja (Special Part-2)
Juni 18, 2015
Kamis,
17 Oktober 2013
Setelah
siangnya mencari Mas Sap di Museum Kereta Kraton Rotowijayan, sore hari saya
setor foto yang saya dapat dari Mas Sap ke Mbak Lynda. Kami janji bertemu di
nDalem Yudhanegaran. Menurut informasi dari Mbak Lynda, di nDalem Yudhanegaran diadakan
latihan tari-tarian yang akan dipentaskan saat resepsi pernikahan GKR Hayu dan
KPH Notonegoro. Jadilah saya nggandhul Mbak
Lynda liputan. Saya juga nyicil cari bahan untuk jatah tulisan
saya tentang acara resepsi pernikahan putri raja ini.
Sekitar
jam 5 sore saya sampai di nDalem Yudhanegaran, komplek SMF Jogja. Di mana?
Tempatnya di Jalan Ibu Ruswo, sekitar Plengkung Wijilan. Sampai di sana pelataran sudah penuh dengan kendaraan bermotor. Mana Mbak Lynda? Dari kejauhan saya diawe-awe Mbak Lynda yang duduk di emperan pendhapa bersebelahan dengan mbak-mbak yang posturnya makmur seperti saya.
Tempatnya di Jalan Ibu Ruswo, sekitar Plengkung Wijilan. Sampai di sana pelataran sudah penuh dengan kendaraan bermotor. Mana Mbak Lynda? Dari kejauhan saya diawe-awe Mbak Lynda yang duduk di emperan pendhapa bersebelahan dengan mbak-mbak yang posturnya makmur seperti saya.
Saya
dikenalkan dengan mbak-mbak itu oleh Mbak Lynda. Basa-basi, ternyata mbak itu
mahasiswi senirupa ITB yang lagi cari data buat tugas akhir. Kita tinggalkan si
mbak senirupa, saya dan Mbak Lynda segera menuju sisi sebelah barat pendhapa untuk duduk menyaksikan latihan
tari Bedhaya Manten sambil memberikan file
foto yang diminta sebelumnya. Banyak orang yang hadir saat itu. Ada penabuh
gamelan, pemain orkestra, kerabat nDalem, penari, sampai orang yang memang
sengaja datang buat nonton aja.
Ketika
saya dan Mbak Lynda duduk, gladi bersih Bedhaya Manten baru akan dimulai. Saya dan
Mbak Lynda duduk tidak jauh dari penabuh gamelan. Tidak jauh juga posisi saya
dari para penari Bedhaya yang sudah berbaris rapi siap menari. Saya mbatin, badan mbak-mbak penari ini
aduhai sekali, proporsional. Pas! Tidak kurang tidak lebih. Kaaapan yo awakku kaya ngono? Kemudian
fokus saya teralih ke bapak-bapak yang duduk memegang instrumen seperti drum
yang mirip dengan drum marching-band.
Bapake kumise njlekethret, nggantengee~
Gladi
bersih tidak kunjung juga dimulai. Sepertinya masih menunggu beberapa penabuh
gamelan yang belum hadir. Beberapa yang baru saja hadir bergegas mengisi daftar
hadir sebelum menempatkan diri di posisi masing-masing.
“Ddddrrrrrrraaakk!”
Bunyi
drum mengagetkan saya. Bedhaya Manten akan segera dimulai. Mendengar iringan entrance-nya saja saya merinding sampai ubun-ubun. Para penari pun mulai
melangkah dengan perlahan, anggun, gemulai, diiringi musik orkestra yang megah.
Merinding saya. Musik pengiring langkah ini sudah ada sejak masa Sultan HB V.
Gendhing
Wiwaha Sangaskara mulai mengalun. Kesan irama gendhingnya indah, akbar. Benar-benar
mewakili nama gendhingnya, ‘wiwaha’ yang berarti perhelatan besar, diikuti kata
‘sangaskara’ yang berarti peristiwa pernikahan. Dari nama gendhing itu juga,
diketahui nama lain Bedhaya Manten adalah Bedhaya Wiwaha Sangaskara.
“Mbak!
Eh, Mbak! Turun, jangan duduk di situ!”
Lagi
saya kaget. Kali ini karena suara ibu-ibu di belakang saya. Saya? Turun? Turun kemana?
Bingung. Saya menoleh ke belakang, si ibu melihat ke arah jauh di depan sana.
Oh ternyata si mbak senirupa lah yang dimaksud si ibu, bukan saya. Kadhung ge er. Si mbak ini duduk nangkring
di tepian undhakan pendhapa sejajar
dengan para penabuh gamelan sambil asik memotret. Memang posisi mbak senirupa
ini membelakangi orang-orang, termasuk ibu-ibu dan eyang-eyang yang sudah
sepuh, yang duduk di bagian bawah undhakan
pendhapa. Si mbak pun segera beranjak dan berpindah tempat.
Mbak
Lynda sudah ada janji dengan narasumber terkait dengan penampil tarian. Berhubung
narasumbernya masih sibuk mengawasi jalannya gladi bersih, jadilah harus
menunggu. Dari narasumber inilah saya jadi tahu banyak hal tentang Bedhaya
Manten, Lawung Ageng berikut gendhing-gendhing pengiringnya.
Langit
mulai gelap. Bedhaya Manten berakhir. Masih ada Lawung Ageng yang akan
ditampilkan. Eh, Mbak Lynda tiba-tiba beranjak, memberi saya kode untuk mengikutinya.
Kemana? Saya mengikuti langkah Mbak Lynda...
Bersambung
di part berikutnya.
Akhirnya saya melanjutkan lagi Kraton Wedding Series ini
setelah satu tahun berhenti menuliskannya.
Boleh ditengok lagi part sebelumnya di menu Kraton Wedding Series.
Selamat membaca!
2 komentar
Nah ini dia yang ditunggu-tunggu~ aku penasaran pengen ngerti kabeh ceritane xD
BalasHapusAaak..ternyata ada yang menantikan kelanjutannya :'D Terima kasih Mbak Dhita :*
Hapus