Manual Rasa Digital
Juli 01, 2015
Saya
akan sedikit berbagi tentang cara saya membuat gambar ilustrasi Hmm bukan
ilustrasi juga sih. Gambar kartun? Apapun namanya deh.
Sambil
menonton drama Korea (ini nggak penting), saya menggarap
lagi satu pesanan yang sudah sejak lebaran tahun enggak saya garap. Haha. Iya, soalnya yang pesan saudara sendiri dan enggak diburu waktu.
lagi satu pesanan yang sudah sejak lebaran tahun enggak saya garap. Haha. Iya, soalnya yang pesan saudara sendiri dan enggak diburu waktu.
Enggak
ada cara khusus sih sebenarnya. Saya hanya pakai Adobe Photoshop. Masih yang
CS3, fyi. Saya enggak update. Nggak apa-apa,
nggak ngaruh juga kayaknya mau versi berapapun. Selain itu saya paling
mengandalkan pen tablet plus stylus nya merk Genius. Berhubung belum
mampu beli Wacom jadi pakai itu. Not bad kok.
Merk enggak ngaruh, yang penting bisa dan terbiasa pakai. Pakai mouse atau touch-pad pun jadi kalau memang bisa. Kemudian foto yang akan jadi
objek gambar. Iya saya enggak ngarang muka orang, karena memang pesanan. Terakhir,
lemaskan tangan dan jangan lupa berdoa. Serius lho ini.
Ini cara
sederhana dan sangat tradisional. Bahasa Jawanya ngeblat. Iya, tracing saja.
Jadi, foto objek yang dikehendaki tinggal dimasukkan ke Photoshop. Saya selalu ubah ukuran image-nya dulu, saya kasih resolusi 300
dpi. Juga ukurannya saya kecilkan sekalian supaya pas cetak ukuran frame. Itu kalau
mau dicetak dan diberi frame ya. Sesuka hati aja kalau ukuran mah.
Work on progress pesanan lebaran tahun lalu :)) |
Layernya sesuai kebutuhan. Belum saya group, masih coloring semua. |
Setelah
itu buat layer baru nggak usah pakai
warna latar. Transparan saja. Kan ngeblat.
Hehe. Mulai deh ngeblatnya. Dengan menggunakan
stylus, mulailah mengikuti alur garis
objek yang diinginkan untuk diblat. Tools poko yang saya pakai: brush, paint bucket, eyedropper, dan eraser. Sudah itu saja. Gilak,
tradisional sekali yah? Nggak apa-apa...*puk-puk diri sendiri*.
Sudah
itu saja. Prosesnya hanya membuat layer baru
dan ngeblat seperti ketika menggambar
manual dengan pensil dan kertas. Terus diulang-ulang. Layer nya pun sesuai kebutuhan. Layer
buat saya sebenarnya supaya memudahkan saja ketika perlu meng-edit bagian-bagian yang dirasa kurang
pas.
Rumus
layer saya: out, shades, fill. Sudah. Apapun objeknya, tiga layer itu pasti ada. Jangan lupa di-group layer ya. Itu memudahkan kalau
objeknya ada banyak. Misal gambar orang, komponennya: rambut, muka/kulit, baju,
celana, sepatu. Maka akan ada lima group
layer. Masing-masing group ada
tiga layer. Dah, tinggal dikalikan
saja butuh berapa layer. Saya kadang
butuh lebih dari tiga layer untuk
menggambar rambut dan wajah. Kembali lagi ya, suka-suka yang bikin.
Ini sketsa manual asli, belum diblat dan diwarnai. |
Ini setelah selesai diblat dan diwarnai. Groupng layernya kurang lebih seperti itu. |
Kalau
dilihat dari tools nya memang enggak
ada bedanya dengan kalau pakai aplikasi paint.
Dulu saya juga coba pakai paint,
tapi begitu coba Photoshop saya jadi ketagihan. Hasilnya juga lebih memuaskan. Tapi
namanya juga manusia, nggak pernah puas, saya sedang mau belajar pakai Adobe
Illustrator. Sekolah aja harus naik kelas, makanya saya mau upgrade skill saya dengan sarana AI biar
naik kelas. Nanti tapi kalau sudah beres kewajiban saya sebagai mahasiswa. Hahaha.
Itu sedikit
pengetahuan saya soal menggambar manual rasa digital ala saya. Bisa dicoba di
rumah, di warnet, di rumah teman, rumah pacar, rumah pacarnya teman, rumah
mantan juga boleh. Ahayy.
Ada yang
bisa membantu mungkin supaya saya naik level nggak cuma pakai brush dan paintbucket? Mari bertukar ilmu.
0 komentar