Nggo Kowe

Agustus 08, 2014



Untuk Bung(a)


Hei! Aku ingin kamu tahu sesuatu.

Aku penikmat jarak. Aku menikmati ketika aku berlari terengah di belakangmu supaya bisa menjangkau langkahmu yang cepat dan lebar-lebar. Aku menikmati pantulan wajahmu di layar sleep mode komputer jinjing di hadapanku. Aku menikmati kamu berlalu pergi
di bawah remang senja dan semilir angin sore di halaman penuh daun kering berserakan itu. Aku menikmati kamu berlalu pergi berlawanan arah denganku dini hari itu di persimpangan jalan yang senyap. Aku menikmati kegugupanmu berbicara di hadapan banyak orang waktu itu.

Aku menikmati ketika mata kita saling tatap tanpa sengaja. Aku menikmati melihat kamu makan bakpao jam 5.30 pagi dari balik jendela bus yang berembun itu. Aku menikmati ketika kamu menghilang di ujung gang rumahku petang itu. Aku menikmati ketika kamu berjalan perlahan di belakangku, menuruni tangga yang basah malam itu. Aku menikmati ketika kamu muncul tiba-tiba di balik pintu dengan senyum kembang apimu

Kembang api itu. Kau sulut dengan tarikan kedua ujung bibirmu dan juga tatapan matamu. Kembang api yang besar, yang nyalanya awet bergemeletak warna-warni. Tapi aku tidak mampu menyambut nyala kembang api itu terlalu dekat. Menyilaukan. Aku penikmat jarak. Bukankah kembang api indah dilihat dari kejauhan? Bukankah kembang api hanya ada pada perayaan-perayaan? Maka melihatmu itu seperti perayaan. Sebuah perayaan atas keberadaanmu. Bahwa kamu masih tinggal di bumi semestaku.


Melihatmu sekali, dua, atau tiga kali saja, itu sudah lebih dari cukup.


Banyak hal yang kamu harus tahu, mungkin akan kukirim surat lagi lain kali. Atau kamu mau menuntaskan jarak untuk mendengar sisa hal yang harus kamu tahu dariku? Kamu terlalu mengesankan dalam jarak. Dan aku terlalu malu untuk tidak membuat jarak denganmu. Terlalu malu dan memang terlalu jauh.

Biar kuberitahu, aku punya berlembar-lembar halaman berwarna oranye. Lembar itu semuanya tentang seberapa mengesankannya kamu dalam jarak. Mau baca? Boleh. Tapi ketika kamu membaca semuanya, kamu sudah tidak lagi dalam jarak yang mengesankan. Dan kamu sudah bukan lagi kembang api.

Jika ada jawaban untuk surat ini, maka aku pastikan kamu akan segera membaca halaman oranye itu, dan kupastikan juga jarak itu akan hilang. Hilang karena saking dekatnya, atau saking jauhnya.


Tabik

You Might Also Like

0 komentar

Subscribe