'Blusukan' Pernikahan Putri Raja (Special Part)

Agustus 08, 2014



Hari Kamis, 17 Oktober 2013



Dua hari menjelang gladi bersih rangkaian acara Kraton Wedding. Hari itu sebenarnya enggak ada agenda khusus di Kraton, cuma katanya di museum kereta Kraton sedang ada perawatan untuk kereta yang akan digunakan untuk kirab.


Jam 8.30 pagi saya masih ngampus, cuma presensi. Habis itu saya sarapan di kedai ayam kolonel sanders bersama beberapa teman. Lagi mau ngeteh, dapat pesan singkat dari Mas Bim:


Mbak, surat izin sudah jadi. Bisa diambil di Mas Sap. Terimakasih


Ah, mengko sik, sarapan sik. Sambil sarapan saya memberitahu teman yang lain, yang butuh surat izin untuk kampusnya juga, kalau surat sudah jadi. Eh, ternyata semuanya nitip untuk tolong diambilkan. Okelah.

Saya menghubungi Mas Sap, di mana bisa ketemu untuk ambil surat. Eh lha Mas Sap minta ketemu di museum kereta Kraton. Ahey, asik main lagi.

Berhubung akan bertemu Mas Sap, saya dititipi Mbak Lynda untuk minta beberapa foto dokumentasi untuk diunggah ke galeri website.

Sekitar jam 10 saya menuju museum kereta Kraton. Sampai di sana, saya kabari Mas Sap kalau saya sudah ada di halaman museum. Sambil nunggu Mas Sap, saya keliling lihat sekitaran halaman museum. Ada kandang kuda di sisi utara museum. Ada kudanya juga di dalamnya.

Perhatian saya teralih ketika melihat papan di dinding dekat kandang. Di papan itu ditempel beberapa kertas dengan berbagai nama. Ternyata! Itu daftar nama kuda plus pawangnya. Ha mbok lucuk tenin jenenge. Ada kuda namanya Sinchan, Beauty, sampe ada kuda yang namanya Fatonah. Oh men, kudanya solehah. Mungkin dia rajin puasa Senin-Kamis gitu kalik ya.

Belum tuntas lihat-lihat, Mas Sap keluar dari dalam museum. Saya menghampiri Mas Sap dan sedikit berbasa-basi. Surat mana surat? Kata Mas Sap nanti diambilkan di dalam. LhaMas, kenapa enggak sekalian dibawa pas keluar? Mancing-mancing biar masuk yaa? Heyaaak~

Ternyata tidak, saya disuruh nunggu di luar. Mas Sap balik masuk untuk ambil surat. Wah padahal pengen masuk museum gratis, ih.

Menjelang siang, panas, dan angin bertiup semena-mena. Kenceng banget, sampai debu dan tanah itu mawur-mawur. Saya duduk di kursi panjang di dekat pintu masuk museum menunggu Mas Sap. Ada pesan masuk dari Prance, katanya mau nyusul ambil surat. Okey beb~ eyke tunggu~

Mas Sap keluar membawa beberapa amplop berisi surat. "Ini Mbak, dicek dulu nama dan lain-lain siapa tahu ada yang salah ketik," katanya. Saya melihat sekilas nama-nama universitas yang dituju. Sepertinya sudah cocok. Muucih Mas Sap~

"Mbak, itu di situ sudah ditempel nama kereta yang akan dipakai, nama kusir, sampai pembawa penongsong (payung) juga ada di sana semua," kata Mas Sap sambil nunjuk papan yang tadi ada nama kuda lucu-lucu.

"Oh, iya Mas? Saya tadi belum lihat yang sebelah sana."
"Ya dilihat dulu aja, Mbak."

Saya dan Mas Sap berjalan menuju papan tadi. Wih, gilak. Kumplit. Langsung saya foto buat data siapa tahu nanti butuh. Saya juga sempat tanya beberapa hal, seperti singkatan gelar para abdi dalem yang menjadi kusir dan lain-lain. Gelarnya macam-macam, saya lupa. Datanya sudah enggak ada. Hilang bersama kenangan pahit~ *uopoh

"Mas, saya dimintai tolong Mbak Lynda buat minta foto dokumentasi nyekar dan yang lain buat diunggah ke galeri ke Mas."
"Bisa-bisa, tapi fotonya di laptop e Mbak. Nanti saya ambilkan ya, setelah selesai ini. Enggak buru-buru to?"
"Enggak kok Mas, ini masih nunggu Praend katanya mau nyusul ke sini."
"Wo, ya udah Mbak ikut masuk aja, itu di dalam keretanya sedang dibersihkan."

Hiyesss! Masuk museum gratiss. Seumur saya nginjak-injak Jogja, belum pernah saya masuk museum kereta Kraton. Aheyy~

Saya pun masuk ke museum membuntut Mas Sap. Saya malu diliatin bapak-bapak petugas museum yang daritadi liatin saya mondar-mandir di depan museum tapi enggak masuk-masuk. Sekalinya masuk, nguntit, enggak mbayar retribusi pula. Nggih ngapunten, Pak~ ndherek langkung~

Saya terkesima, eh bukan, apa ya, lebih tepatnya nggumun. Museum kereta ini bangunannya sangat sederhana. Tidak begitu luas, tapi cukup untuk menyimpan kereta-kereta milik Kraton. Selain kereta, disimpan juga lemari berisi perlengkapan kereta kuda dan beberapa kostum kusir kereta.

Di dinding museum dipajang foto-foto dokumentasi saat kereta-kereta digunakan. Masing-masing ada captionnya kok, jadi cukup jelas menerangkan apa yang terjadi dalam foto-foto itu.

Berkeliling museum cukup menambah pengetahuan saya soal transportasi kerajaan ini. Saya enggak akan cerita ada kereta apa saja di dalam museum, nanti kamunya yang belum pernah datang jadi tahu. Enggak seru. Datang ih, biar tahu. Promosik. Ih nggaya, baru sekali masuk museum gratisan pula, nggayak. Yo sori bro.

Saya juga sempat berbincang dengan petugas museum. Seorang bapak berkursi roda. Si bapak cerita banyak hal soal museum, soal dirinya yang sudah lama mengabdi di Kraton, daaan banyak lagi. Sayangnya, saya lupa nama si bapak, lupa juga detail ceritanya apa. Perlu usaha keras buat call back ingatan buat cerita ini. Heuu~

Setelah keliling museum dan ngobrol dengan bapak tadi, saya mengamati petugas yang sedang melakukan perawatan kereta kuda. Saat itu sedang dibersihkan kereta Kyai Jongwiyat, kereta yang akan dinaiki kedua mempelai saat kirab nanti. Keretanya dibersihkan dengan macam-macam alat. Bantalan duduknya juga diganti.

Ternyata Mas Sap dan satu orang tim dokumentasi daritadi di dalam tuh motretin kegiatan ini toh. Saya ngobrol sama Mas Sap. Ngobrol ini itu. Sampai akhirnya saya bosan dan cuma duduk di kursi panjang di sudut ruangan museum dekat pintu masuk. Ini juga kapan Prance datang. Kapaaan ini Mas Sap selesai dengan tugasnya.

Pas Prance datang, saya ajak lihat-lihat museum jugak. Tapi dia enggak lama, katanya mau servisin motor gitu. Yah sudahlah saya tidak ada teman menanti Mas Sap selesai urusan.

Sekitar jam 1 siang Mas Sap dan Mas satu lagi dari tim dokumentasi sudah beres motret perawatan kereta.

"Mbak, ikut ke rumah saya ya? Laptopnya ada di rumah soalnya. Rumah saya deket kok, Mbak. Cuma jalan kaki sampe."

Walah Mas, enggak bilang daritadi.

"Oh iya Mas, boleh."
"Motornya dibawa aja, Mbak."

Akhirnya saya ke rumah Mas Sap bareng Mas dokumentasi dan ada satu lagi Mas dokumentasi yang saya juga lupa namanya. Mas yang ini punya dedek kecil lucuw.

Sampailah saya di depan sebuah gerbang merah tinggi. Setinggi Regol Danapratapa dan regol-regol lain di dalam Kraton. Mas Sap menyuruh saya masuk, beserta motor saya. Gerbang itu tidak dibuka penuh, saya lewat pintu kecil yang masih bagian dari gerbang. Macam pintu kucing itu lho, tapi ini untuk manusia.

Di dalamnya ada rumah, di depan rumah ada semacam pendapa atau joglo gitu. Saya dan mas-mas dokumentasi dipersilahkan duduk di tikar yang sudah digelar di pendapa. Sementara Mas Sap masuk rumah ambil laptop. Owalah ini toh rumahnya Mas Sap. Mas dokumentasi yang berbaju batik bawa anaknya bilang, di joglo situ jadi beskem Tim Tepas besok. Ooh di sini toh beskemnya. Enak ih beskemnya deket. Beskem tim butiran debu apa kabar ya? Akan diungkap di beberapa part kedepan. Hehehe

Mas Sap kembali ke joglo. Akhirnya dicopy-kan juga foto-foto beberapa kegiatan kemarin. Dipilih-pilihkan juga sama Mas Sap, mana yang pas untuk dipasang di galeri. Banyak foto yang bagus, cuma biasanya pose atau gaya si objek enggak begitu bagus, jadi agak susah milihnya. Saya mah iya-iya aja kalo Mas Sap tanya, yang ini? Ini aja ya? Ini iya enggak? Yang ini juga ya? Itu enggak usah ya? Ganti yang ini aja ya? Hawis Mas, haku manut njenengan~ saestuuuh~

Lagi asik copy-mengcopy, saya bilang ke Mas Sap, "Mas, mbok saya mintak foto-foto yang ada saya-nya atau yang ada temen-temen tim website...hehe. Boleh, Mas?" Boleh dong boleh dong~ Mas Sap bilang, "Yang mana aja, Mbak? Waktu gladi kotor kemarin? Boleh kok, tak kopikan sekalian ya." Haseeek! Tanpa kode. Copied!

Siang itu anginnya sedang enggak selow. Mak wuss wuss gitu. Di tengah angin yang mak wuss wuss itu, tiba-tiba ada simbah-simbah yang datang bawa nampan berisi empat porsi lotek!

Lotek dengan ketupat dan krupuk yang muncuk-muncuk. Mas Sap bilang, "Makan dulu ya." Iyah Mas iyaah~ sendika dhawuh~

Akhirnya kami semua larut dalam lezatnya lotek. Ketupat yang menteg-menteg kenceng, enggak memprul atau pecah. Timun, tomat, bayam yang seger. Kerupuk yang kress-kress. REJEKI.





Mas Sap dan kedua mas yang lain makan juga sambil asik ngobrol. Saya nyimak aja. Sedang asik ngobrol, angin bertiup dengan mak-wuss nya. Saya melihat ada yang terbang. Apaan? Kerupuk! Kerupuk terbang! Tahu kerupuk kecil-kecil itu kan? Itu mawur kena angin sampe mana-mana. Kerupuk kami semua terbang, meski enggak semua terbang. Palingan yang terbang yang belum terlanjur jemek bin ledrek kena bumbu kacang. Mhihihik

Habis makan lotek, datang temennya lotek. Es buwwahhh. Ah rugi ini si Prance tadi pake pergi sepis motor segala. Ah rugi Mbak Lynda nyuruh aku ketemu Mas Sap. Rugi enggak lihat kerupuk terbang :|

Setelah khatam segelas es buah, saya masih ngobrol sama mas-mas sekalian tadi. Mas yang bawa anaknya itu malah promo resto punya istrinya. Resto masakan khas Makassar gitu.

Hari itu diakhiri dengan Mas yang bawa anak ngasih leaflet resto masakan Makassarnya ke saya. Sudah, habis itu saya pamit ke Mas Sap dan ke yang lain untuk pulang.

Sampai jumpa di acara gladi bersih ya~ muah~

You Might Also Like

0 komentar

Subscribe