(L)utung

Juni 16, 2014

Punya hewan peliharaan itu menyenangkan. Jadi paham perasaan teman-teman yang rela melakukan hal apapun demi hewan peliharaannya.

Bukan kali pertama memelihara hewan memang. Sebelumnya sudah pernah, hanya saja selalu terbengkalai dan berakhir dengan kematian atau berpindah tuan.

Sempat ragu ingin memelihara hewan ini. Kucing. Hewan yang lumrah dipelihara. Seorang teman menawari saya untuk memelihara anak kucing. Banyak pertimbangan kala itu, mulai dari tidak ada tempat, nanti makannya gimana, buang air gimana, dan lain sebagainya. Akhirnya, saya memutuskan membawa satu ekor anak kucing milik teman saya untuk dipelihara.

Lutung. Sering disapa Utung. Itu nama yang diberikan ibu teman saya ke si anak kucing ini. Kenapa dinamai demikian? Kata ibu teman saya, tingkahnya seperti lutung. Oh, baiklah, nama yang unik. Saya tidak berpikir untuk mengubah nama si bayi kucing ini.

Dari rumah teman saya, Utung saya bawa dengan cara dimasukkan ke dalam karung beras. Iya, karung beras. Kejam ya? Tenang, perjalanan dari rumah Merie (teman saya) ke rumah saya hanya 10 menit dengan sepeda motor. Utung teriak-teriak di jalan. Saya sampai jadi pusat perhatian di lampu merah gara-gara teriakan Utung yang memilukan.

Utung sempat melarikan diri dari rumah saya. Waktu itu pintu depan rumah terbuka, dengan pikiran bahwa Utung akan pulang setelah dia puas bermain di luar. Ditunggu hampir tiga hari dia tidak ada tanda akan kembali. Saya sedih sekali. Saat itu adalah masa-masa saya sangat perhatian ke Utung. Mungkin kalau orang pacaran ya ibarat masa-masa hanimun. Serius, rasanya kehilangan itu nyesek ya ternyata.

Sempat berpikir, apa jangan-jangan Utung pergi karena kuku kaki depannya dipotong oleh ibu saya? Iya. Ibu saya memotong kuku kaki depan Utung ketika Utung bobok. Mungkin dia ngambek, lalu pergi. Ah, enggak mungkin. Kukunya akan tumbuh lebih panjang dan tajam nanti.

Dua hari tak nampak, pada suatu sore, saya sedang di ruang tamu entah sedang apa saya lupa, tiba-tiba terdengar suara mengeong dari halaman. Langsung saya keluar. Utung! Iya, Utung kembali! Wih, saya senang bukan main. Utung berlari mendekati saya. Kemudian saya raih Utung, saya gendong bawa masuk rumah sambil berteriak, “Utung pulaaaang~ Utung pulaaaang~”

Sejak saat itu saya berjanji untuk selalu merawat Utung dengan baik. Sampai saat ini Utung juga berkelakuan baik sesuai standar hewan peliharaan yang baik. Pup di tempatnya. Itu yang terpenting. Nakalnya Utung, dia suka naik meja makan. Tapi itu masih dalam batas wajar, enggak sampai ngobrak-abrik tudung saji dll.

Utung itu suka sama air. Terhitung sejak dia kembali dari kaburnya sampai sekarang, dia sudah kecemplung ember besar berisi air sebanyak tiga kali. Entah kenapa, dia suka lihat pantulan dirinya di air. Dia juga suka naik ke tepi ember lalu jalan memutar seperti sedang fashion show. Dia hobi minum susu dan air genangan kloset. Dia suka gemericik air keran berikut cipratan airnya. Ibu saya suka marah-marah kalau tahu Utung main di dekat ember berisi air, takut kecemplung lagi.

Hal yang paling saya, kakak saya, dan adik saya sukai dari Utung adalah bunyinya. Bukan bunyi ‘meong’ nya, tapi bunyi khas kucing yang sepeti geraman itu. Tahu siput piaraan Sponge Bob? Si Gary selalu mengeluarkan bunyi seperti geraman ketika dia berjalan, kurang lebih seperti itu. Kami menyebut bunyi itu bunyi motor lewat. Kami suka ketika Utung membangunkan tidur kami dengan cara lewat di dekat telinga dengan suara motor lewatnya itu. ggrrrhhh~ ggghrrrrrhhh~ Kalau Utung tidur, makan, atau minum, berarti motornya sedang parkir. Hehe

Itulah menyenangkannya punya Utung sebagai hewan peliharaan. Saya jadi sedikit meng-amin-i kata teman saya: mending pelihara kucing daripada pelihara pacar. Hahaha. Iya ih, latihan dulu sayang sama kucing sebelum sayang sama anak orang :*

You Might Also Like

2 komentar

  1. gambarnya apik... tapi kok tulisan ini aku agak kehilangan gaya tulisan dek ameng ya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehe iya kah? Aku sendiri tidak sadar gaya tulisanku itu seperti apa :)) Trims sudah menyadarkan~

      Hapus

Subscribe