Sehat(i)

Juni 08, 2014



Kemarin di akhir tahun 2013 saya dan beberapa teman merencanakan beberapa resolusi untuk tahun 2014. Salah satunya adalah untuk hidup sehat. Nyatanya sudah separuh tahun 2014 dijalani, resolusi itu belum juga terlaksana apalagi tercapai. Biasalah, cangkeman.

Dua bulan lalu, ketika saya mengikuti seleksi duta bahari, ada seleksi berenang. Saya yang enggak bisa berenang pun kelabakan. Mau enggak mau harus belajar berenang. Saya enggak akan cerita soal saya latihan berenangnya. Soal latihan berenang dan lain sebagainya akan saya ceritakan di lain waktu.

Selain berenang, satu atau dua bulan yang lalu saya juga rutin lari pagi seminggu sekali. Kalau lari pagi ini sih karena diajak temen dan ditebengi aja, kalau enggak ditebengi saya juga ogah. Haha.Sekarang, kedua aktivitas itu sudah tidak saya lakukan lagi. Padahal saya merasakan efek positif dari dua kegiatan menyehatkan itu.


Dulu saya termasuk orang yang katakanlah sering berolahraga walaupun cuma sebatas bersepeda keliling kecamatan. Dulu, iya, dulu sekali, waktu SMP saya rutin tiap hari bersepeda sore. Waktu itu saya sepedaan ya karena senang aja. Bersepeda sore lihat matahari yang siap tenggelam dan langit yang biru oranye keemasan.

Karena bersepeda itu, berat badan stabil, tidur juga enak, enggak ada begadang-begadangan. Saya enggak kurus kok waktu SMP, termasuk gedhe badan saya dibanding teman yang lain, padahal secara tinggi badan, itu sudah proporsional *pembelaan*.

SMA. Awal SMA saya pelanggan setia bus kota. Pulang pergi sekolah naik bus kota. Memasuki tahun kedua SMA, saya naik sepeda ke sekolah. Sekalian olahraga gitu maksudnya. Tapi entah kenapa efek bersepeda membuat saya jadi siswi yang ngantukan di kelas. Mungkin karena saya malas sarapan. Hehe. Sampai akhirnya menjelang UN, saya disuruh naik motor ke sekolah oleh orang tua. Sudah, dari situ sampai kuliah semester akhir ini saya jarang bersepeda.

Semenjak kuliah, saya menjalankan pola hidup tidak sehat. Olahraga enggak, makan teratur enggak, tidur teratur dan cukup juga enggak. Hancur semua.





Belakangan saya merenung. Sehat itu bukan sebatas gaya hidup. Sehat itu kebutuhan. Enggak enak juga lama-lama tidur enggak teratur, makan seenaknya. Banyak yang bilang bahwa penyakit masa tua itu akumulasi dari apa yang dilakukan tubuhmu di masa muda. Bahkan yang masih tergolong muda pun juga ada yang sudah merasakan akibatnya. Umur belum tiga puluh tapi lambung sobek, maag kronis, vertigo, dan sebagainya. Dari situ saya mengatur mindset saya bahwa sehat itu kebutuhan.

Berat tubuh saya yang sekarang tidak tergolong obesitas. Untungnya saya bertahan pada overweight (enggak bagus juga sebenernya). Selama ini saya tidak berusaha untuk diet,  serem ih diet. Saya enggak mau diet, saya hanya ingin mengatur pola makan dan mengubah cara berpikir tentang kesehatan.

Sulit sekali mengubah cara berpikir dan mengubah kebiasaan. Saya jadi sering baca artikel kesehatan, setidaknya untuk memacu semangat untuk memulai. Belum lama, seorang teman, masih muda juga, masuk IGD gara-gara lambungnya sobek. Si teman ini memang sebelumnya punya maag dan sudah kronis. Tidak sampai di situ saja, si teman ini didiagnosa terkena hepatitis. Duh, serem.

Bicara masalah kesehatan begini ujung-ujungnya ya hanya kalimat klise. Mulailah hidup sehat. Jaga kesehatan. Sehat itu mahal. Hidup sehat di masa muda, atau menyesal di masa tua..dan sejuta kalimat lainnya yang biasa ada di poster yang ditempel di Puskesmas atau rumah sakit.

Gini aja deh, sebelum mengingatkan pacar untuk jaga kesehatan...oh, belum punya pacar? Ya maka dari itu, jaga dulu kesehatan diri sendiri, siapa tahu terus dapet pacar, bisa diingetin deh. Hahaha. Iya kan? Daripada rajin mengingatkan pacar untuk enggak lupa makan, tapi diri sendiri makan aja serabutan. Kan sehati, sependeritaan. Hiyek. Mending sehat atau sehat(i)?


Mensana in korporesano! (spoken language yoben)

You Might Also Like

2 komentar

  1. kuliah masa masa penggelembungan fyuuuh

    BalasHapus
    Balasan
    1. Apakah Anda merasakan efek sama dengan saya, saudara Sesukaku? :p

      Hapus

Subscribe